"Pokonya dapetin suami kaya, atow dipecat jadi anak!"
- kejem amat-
Dulu perempuan harus berjuang susah payah melawan hypocracy di society-nya. Harus bertindak atas dasar apa yang disetujui oleh society.
Seperti diumpain Leo Tolstoy di bukunya, 'Anna Karenina'. Cewek rusia yang ninggalin kehidupan normal dan nerima konsekuensi tragis supaya bisa memenuhi passion-nya, menikahi seorang laki-laki yang non-komunis.
Contoh lain, Jeanne d'Arc yang dihukum mati waktu dia masih remaja karena nentang negaranya sendiri, Prancis. Tapi sekarang dia dianggap salah satu penggerak revolusionaris dunia.
Yang gua heran tuh, menurut gua perempuan sekarang (sorry yah karena mungkin gua salah) kurang punya spirit as immense as their previous heroes.
Kenapa tuntutan persamaan hak dalam bidang karir, kesukaan, hobi dll harus jadi hal yang sangat dipentingkan, padahal minor kenyataannya. Cewek harus boleh jadi kuli bangunan, petinju, pembalap motor, pake celana sontog kayak cowok, dengerin musik trash-metal, istri nyerein suaminya....
*Yahhh*
Padahal masih banyak perlakuan gak adil yang dialami perempuan lain di belahan dunia. Mulai dari perdagangan gadis belasan tahun untuk dijadi-in prostitute, penganiyayaan TKW oleh majikannya, bayi perempuan di Cina yang dibuang di tengah pasar karena dianggap no good for the family's sake, atow banyaknya perempuan yang dipaksa jadi drug trafficker karena vulnerability mereka.
Ada lagi, yang hot sekarang ini , tentang RUU APP alias Anti-Pornoaksi-Pornografi.
RUU itu secara jelas kalow dibaca perinciannya sangat memojokkan dan menggenderisasikan buat perempuan.
Itulah kesetaraan hak yang seharusnya dituntut. Hak untuk jadi manusia yang sama tanpa dilihat berjenis kelamin wanita, sehingga dinomer-duain. Dianggap cuma-cuma (weitttssss...emangnya barang obralan?)
Jadi tolong, wahai para perempuan...
WAKE UP AND DO SOMETHING ABOUT THIS!
|