Baru ajah gua namatin bukunya Paulo Coelho , 'Veronika Decides to Die'.
And it sorta has this link to what I am now.
"Kenapa ada yang namanya standar kenormalan, sehingga di dunia ini dikenal apa yang disebut anomali?"
Apakah sesuatu dianggap normal melulu hanya karena diikuti oleh mayoritas, sedangkan minoritasnya adalah kumpulan orang abnormal ?
Ceritanya, dulu di suatu negeri seorang penyihir mencemari sumur umum untuk dengan 'racun gila', para rakyat meminumnya dan menjadi gila. Sang raja dan keluarganya yang meminum air hanya dari sumur kerajaan, menjadi satu-satunya yang waras di negeri itu. Raja pun mengeluarkan mandat dan peraturan untuk mengendalikan kegilaan rakyatnya. Tetapi aturan itu terdengar aneh di telinga rakyat yang gila, raja pun dipaksa turun tahta. Takut akan hal ini raja dan keluarganya berpikir untuk meminum air dari sumur umum supaya ikut-ikutan gila, berlaku sama seperti yang lain dan tetap memerintah. Setelah itu seluruh orang di negeri itu jadi ngelantur, dan menganggap mereka semua normal lalu hidup damai selama-lamanya.
Bukannya kanibalisme pernah dianggap normal oleh para Suku Pygmy di Afrika?
Bukannya ribuan tahun lalu wanita di Cina make model sepatu super kecil yang merusak struktur tulang telapak kaki biar dianggap cantik atau normal?
Bukannya voyeurisme sangat dianggap wajar oleh Suku Maya yang udah punah?
Liat kan, kenormalan itu semu, cuman ngikutin anggapan suatu mayoritas dalem masyarakat.
Sama ajah kayak sekarang. Walopun konteksnya udah beda. Bukan kanibalisme atow voyeurisme lagi, tetapi hal yang lebih mendasar kayak pandangan dan penyikapan hidup.
Itulah kejamnya society di seluruh belahan bumi, they set this boundaries that people must not cross, so when they do, people will cam them nuts.
They tell us how to act, as a man, as a woman, as a parent, as a child, as an emperor or as a slave.
Being different memang hal yang paling butuh perjuangan di dunia yang berpimikiran homogen dan kolektif.
Bukan cuman dari fashion style lo doang, lo bisa bilang "I'm so different", suatu pemikiran yang dangkal. Kayak embel-embel 'metamorphoself' yang dipromosiin sama produk sampo anti ketombe di Indonesia.
Being different yang gua maksud adalah kebebasan punya cara pandang hidup, visi dan pemikiran yang mungkin di dunia-yang-semua-harus-normal-sesuai-kaidah-kalo-nggak-berarti-lo-orang-sinting, bakal ditentang abis-abisan.
Dan orang-orang itu akhirnya ada yang keukeuh dianggap aneh, tapi dia bisa mengarahkan dirinya ke perspeksi yang dia percayai. Walopun dianggap menyimpang.
Ada orang yang malahan alienated, sometimes leads to frustration yang berujung ke kesimpulan kalo orang itu memang bener gila.
Tapi kebanyakan menyerah, mereka kurang kuat nerima pressure dari luar yang terus menyeret mereka kembali mengikuti arus umum...yang 'dianggap wajar'.
LET'S THINK ABOUT IT ALL, DON'T WE ALL FEEL JUST THE SAME?
NOW MAYBE YOU'RE ASKING YOURSELF, AM I NORMAL OR NOT?
THERE'S NEVER AN EXACT ANSWER TO THAT.
"HIDUP ADALAH CARA KITA MELIHATNYA LALU MENJALANINYA, BUKAN BERDASARKAN TEORI UMUM MASYARAKAT"
|